Jumat, 27 November 2009

Usaha yang penulis ceritakan berikut boleh kalau mau dijadikan sambilan nambah penghasilan atau mau dijadikan sebagai sekedar hobbies juga boleh. Cara beternak lele ini tidak ada hubungan dengan teknologi canggih sedikitpun. Modal yang dibutuhkan juga kecil, 300-500 ribu an perak.

Tapi syaratnya punya tanah/lahan yang kosong agak cukup luas, yaaa minimal 3 x 6 meter. Ikan lele ini cukup banyak penggemarnya di masyarakat, buktinya dapat kita lihat dari menjamurnya warung-warung pecel lele.

Untuk langkah awalnya, kita coba buat 1 kolam ukuran kecil 2m x 3m, gali tanah sedalam 30 cm, tanah galian urug-kan ke sekitar pinggir calon kolam. Terus beli terpal plastik yang banyak dijual di toko, seharga 50 ribuan (yang lebih mahal juga ada), tapi ini kualitasnya sudah cukup bagus.

Pasang terpal plastik ke lubang kolam yang telah digali, kedalaman tanah 30 cm, tinggi permukaan tanah (dengan tanah urug sebelumnya) naik kan jadi 20-30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Jadilah kolam kita yang berbiaya murah. Isilah dengan air jernih, biarkan selama 2-3 malam (jangan langsung ditaburi benih). Beri tanam-tanaman air juga bagus, semisal teratai, ganggang air, kangkung, dsb.

Langkah berikutnya adalah membeli benih ikan lele, dengan ukuran sebesar ibu jari orang dewasa, harganya sekitar 100-150 rupiah per ekor. Cobalah isi kolam tadi dengan 300-400 ekor benih ikan lele. Untuk makanannya dibutuhkan pakan ikan (pelet) lembut, sekitar 5000 rupiah per kg.

Sebulan mungkin menghabiskan sekitar 3 kg. Kalau ada sisa nasi makan malam/siang, masukkan saja ke kolam, biar menambah zat makanan. Agar ikan lele tumbuh dengan baik sebagian atas kolam sebaiknya diberi atap pelindung, sedangkan sebagian terkena cahaya langsung matahari.

Air dikondisikan alami seperti di rawa/sungai, perbanyak tanaman air. Jika di awal-awal menabur benih, sebagian ikan mati, jangan panik, ambil saja, buang. 3-4 hari berikutnya ikan akan bertahan hidup normal. Kini tinggal menunggu sekitar 3 bulan, ikan sudah cukp besar untuk bisa dipanen, dijual dengan harga sekitar 1000 rupiah per ekor.. Jangan lupa, perdalam ilmu memelihara ikan lele dengan menggali ilmu dari buku-buku di toko buku. (sumber: wirausahakita.blogspot.com)



PEMIJAHAN LELE DENGAN TEKNIK TRADISIONAL

Berikut ini tulisan keempat seri budi daya lele dari sepuluh seri. Seri keempat membahas persiapan dan proses pemijahan lele dengan tenik tradisional. Tulisan ini menguraikan langkah-langkah mengawinkan dan memijahkan lele.

Proses pemijahan di kolam pemijahan


Syarat kolam induk

1. Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
2. Luas bervariasi, minimal 50 m2.
3. Kolam terdiri dari dua bagian yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30% dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, yang berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
4. Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30cm x 30cm x 25cm, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran terbuat dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya benih ke kolam pendederan.
5. Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran kurang lebih 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
6. Jarak antarsarang peneluran kurang lebih 1 m.
7. Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
8. Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama empat hari.

Kolam rotifera (cacing bersel tunggal)

1. Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
2. Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
3. Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan lingkungan tumbuh rotifera.
4. Luas kolam kurang lebih 10 m2.

Proses pemijahan

1. Siapkan satu pasang indukan per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
2. Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama empat hari.
3. Masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan runcah, pelet dan semacamnya, dengan jumlah berat makanan 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
4. Biarkan sampai 10 hari.
5. Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur lima tahun.
6. Benih lele dikeluarkan dari sarang ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran.
7. Benih-benih lele berukuran 1-2 cm yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan dengan kepadatan 60-100 ekor/m2 diberi makanan secara intensif.
8. Seekor induk lele dapat menghasilkan kurang lebih 2.000 ekor benih. Induk lele biasanya memijah sore hari atau malam hari.

Pemijahan di bak pemijahan secara berpasangan

Penyiapan bak pemijahan

1. Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1m x 1m atau 1m x 2m dan tinggi 0,6 m.
2. Bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25cm x 40cm x 30cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat apakah ada telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
3. Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
4. Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
5. Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40% atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.

Pemijahan

1. Tebarkan satu pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi kurang lebih 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
2. Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan intensif. Setelah kurang lebih 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
3. Anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut diberi makan kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.

Pemijahan di bak pemijahan secara masal

Penyiapan bak pemijahan secara masal

1. Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2m x10m atau 5m x 10m.
2. Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30cm x 30cm x 30cm, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
3. Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
4. Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.

Pemijahan

1. Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak dua kali jumlah sarang, induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5m x 10m), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
2. Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm, induk beri makan secara intensif.
3. Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
4. Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan kurang lebih 10 hari.
5. Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
6. Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.

Pemijahan buatan

Cara ini disebut induced breeding atau hipofisasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipofisa berasal dari kelenjar hipofisa, yaitu hormon gonadotropin.

Fungsi hormon gonadotropin

1. Gametogenesis yaitu memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
2. Mendorong nafsu sex (libido)


Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan lele bisa disebabkan oleh bakteri, parasit atau bahkan cacing. Penyakit – penyakit yang sering dijumpai oleh para peternak ikan lele adalah cendawan, bintik putih, borok, cacingan serta trichodina.

Untuk terhindar dari kerugian besar, para petani ikan lele harus dapat mengendalikan penyakit – penyakit tersebut diatas dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab dari penyakit tersebut serta gejala yang muncul sebelum pada akhirnya nanti mengetahui bagaimana caranya untuk menanggulanginya.

CENDAWAN

  1. Jenis yang dapat menyerang adalah saprolegnia dan achyla, dimana mereka sering dijumpai di perairan yang kaya akan bahan organik.
  2. Penyakit ini menyerang ikan lele yang sudah teruka atau yang sedang berada dalam kondisi lemah.
  3. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah bahwa pada sekitar lukanya banyak dijumpai serabut berwarna putih.
  4. Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : kepadatan tebar dikurangi dan air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 5 gram / m2.
  5. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
    Merendam ikan lele yang sakit ke dalam air PK berdosis 1 gram / 100 liter air. Proses perendaman dilakukan selama 30 menit. Jamur dapat dihilangkan dengan menggunakan obat Furazolin.

BINTIK PUTIH

  1. Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah ichthyophthirius multifiliis dimana mereka akan menyerang ikan lele yang dipelihara didalam kolam yang airnya menggenang.
  2. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah bahwa pada permukaan kulit dan juga insang ikan lele banyak dijumpai bintik – bintik berwarna putih yang apabila dibiarkan terlalu lama, kulit dan insang ini akan rusak sebelum pada akhirnya nanti ikan lele akan mati dalam hitungan jam.
  3. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
    Memperbaiki sistem sanitasi, air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 30 gram / liter air, sebanyak 2 – 3 kali berturut – turut, penggunaan malachyte green berdosis 0,1 gram / m2 sebanyak 2 hari sekali hingga ikan lele sembuh.

BOROK

  1. Merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh para peternak ikan lele dikarenakan dapat menyebabkan kematian massal.
  2. Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah aeromonas dan pseudomonas dimana mereka meenyerang organ dalam ikan lele, seperti hati, limpa serta daging.
  3. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah munculnya borok diseluruh permukaan kulit ikan lelel. Borok ini akan mengeluarkan nanah jikan penyakit ini memarah.
  4. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
    Mengkarantinakan ikan lele yang sakit dan pemberian antibiotik pada ikan lele yang masih sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Antibiotik ini dapat diberikan dengan cara dicampurkan ke dalam pakan ikan lele dengan dosis antibiotiknya adalah sebesar 1 mg / kg pakan. Selain itu air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 10 kilogram yang telah dicampur dengan tumbukan daun pepaya.

CACINGAN

  1. Jenis yang dapat menyerang adalah dactylogyrus dan gyrodactylus, dimana mereka sering dijumpai dikolam yang kepadatan tebarnya terlalu tinggi serta baru saja mengalami perubahan lingkungan hidup yang drastis dan mendadak. Mereka sering menyerang bagian insang ikan lele (akan menyebabkan kesulitan dalam hal bernafas) serta kulitnya (menjadi berlendir).
  2. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah menurunnya nafsu makan serta ikan lele sering berenang ke atas permukaan air.
    Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
    Mengganti air dalam jumlah yang besar, air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 40 gram / m2, merendam ikan lele yang sakit ke dalam air PK berkonsentrasi 0,01 % selama 30 menit.

TRICHODINA

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa, dimana mereka menyerang bagian insang dari ikan lele. Ikan yang terserang oleh penyakit ini akan berputar – putar dan muncul diatas permukaan air.
Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah merendam ikan lele yang sakit ke dalam air berformalin berkonsentrasi 15 – 20 ppm.


Minggu, 01 November 2009

Burung hantu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
?Burung Hantu
Burung hantu belang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Strigiformes
Wagler, 1830
Suku/familia

Strigidae
Tytonidae

Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.

Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.

Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.

Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Kebiasaan

Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.

Mata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.

Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.

Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.

[sunting] Ragam Jenis

Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu pulau atau satu region saja) di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus, dan Ninox.

Beberapa contohnya adalah:


Tytonidae


Strigidae

klasifikasi burung perkutut

A. Klasifikasi Hewan
Inilah klasifikasi perkutut dalam kamus besar biologi internasional :

















Dunia : Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
klas : Aves
Subklas : Nearnithes
Ordo : Colombiformes
Famili : Columbidae
Subfamili : Columbidae
Genus : Geopelia
spesies : Geopelia Striata
Nama Inggeris : -Turtledove
-Peacefuldove
- Barred grounddove



B. Ciri-ciri Khusus (morfologi) Hewan

Burung perkutut mempunyai cirri-ciri morfologis :
1) Burung perkutut bertubuh kecil.Panjangnya berkisar antara 20-25 cm.
2) Kepalanya membulat kecil,berwarna abu-abu.
3) Paruhnya panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan.
4) Mata burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan.
5) Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus.
6) Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih.
7) Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan.
8) Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua.
9) Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang.
10) Jari-jari perkutut berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing.Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah 4.
11) Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang.
12) Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.

C. Struktur dan Fungsi Alat Tubuh
Struktur dan fungsi alat tubuh burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti
halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.Berikut adalah
struktur dan fungsi alat
tubuh burung :

1.Penutup tubuh
Penutup tubuh burung perkutut (Geopelia Striata) adalah bulu.
a) Struktur Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).

Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
· Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
· Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
· Plumae, Bulu yang sempurna.
· Barbae
· Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.

Susunan plumae terdiri dari :
· Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
· Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
· Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
· Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.

Gambar Struktur Bulu Burung

Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.

Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
· Tectrices, bulu yang menutupi badan.
· Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
· Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
· remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
· Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
· Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
· Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
· Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984)

b) Fungsi bulu

1. Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.
2. Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu mereka.
3. Penutup tubuh.
4. Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan mengerem.
5. Untuk memperindah tubuh.
6. Plumae berfungsi agar dapat terbang.
7. Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
8. Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
9. Mengangkat tubuh burung di udara.
10. Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
11. Untuk melindungi kulit dari serangga.
12. Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami.

2.Sistem Rangka

a) Struktur rangka

Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang.Adaptasi
tulang burung adalah sebagai berikut :

· Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan mamalia.
· Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas,berguna sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas.
· Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang.
· Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang.
· Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang.

Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.

Berikut gambar struktur rangka pada burung (aves) :


b) Fungsi Rangka

Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
· Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
· Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
· Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
· Tulang hasta : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang
lengan.
· Tulang pengumpil : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang
lengan.
· Korakoid : Penghubung tulang dada.
· Tulang dada : Tempat melekatnya oto untuk terbang.
· Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
· Pelvis : Penghubung tulang ekor.
· Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
· Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
· Tulang paha : Untuk persendian.


3. Sistem Pencernaan Makanan

Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan kimiawi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
a) Jenis Makanan Burung Perkutut (Geopelia Striata) :
Burung perkutut (Geopelia Striata) adalah burung jinak.Pada umumnya ,
perkutut hidup berpasangan dan kadang-kadang bergerombol.Perkutut menyukai
tempat terbuka untuk hidup.Tempat itu misalnya kebun,tegalan,padang rumput,
atau halaman bangunan,terutama yang dekat dengan hutan.Makanan burung
perkutut adalah biji-bijian seperti padi, jagung,dan jewawut.

b) Organ-organ Pencernaan Makanan.
Organ pencernaan makanan pada burung perkutut (Geopelia Striata) sama
halnya dengan organ pencernaan burung pemakan biji-bijian lainnya.

Berikut adalah gambar organ pencernaan pada burung :

c) Fungsi organ pencernaan pada burung perkutut :

· Paruh : Mengambil makanan.
· Kerongkongan : Saluran makanan menuju tembolok.
· Tembolok : Menyimpan makanan sementara.
· Lambung kelenjar : Mencerna makanan secara kimiawi.
· Lambung pengunyah : Menghancurkan makanan.
· Hati : Membantu mancerna makanan secara mekanis.
· Pankreas : Menghasilkan enzim.
· Usus halus : Tempat pencernaan sari makanan yang diserap
oleh kapiler darah pada dinding usus halus.
· Usus besar : Saluran sisa makan ke rectum.
· Usus buntu : Memperluas daerah penyerapan sari makanan.
· Poros usus : Tempat penyimpan sisa makanan sementara.
· Koloaka : Muara 3 (tiga) saluran,yaitu :
- Pencernaan usus.
- Saluran uretra dari ginjal
- Saluran kelamin


d) Sistem Pencernaan burung

Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk
mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk
kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan.Bagian bawah kerongkongan
membesar berupa kantong yang disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung
kelenjar .Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang
menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara
kimiawi.Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah.Disebut lambung
pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk
menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau
pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis.
Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.Enzim yang dihasilkan oleh
pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari-
sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung mem-
punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus buntu berguna
untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan.
Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus
(rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.

Sistematis pencernaan makanan pada burung :

Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.

4. Sistem Pernapasan

a) Organ-organ Pernapasan pada Burung

Alat pernapasan burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.

Berikut adalah gambar alat pernapasan burung :

b) Sistem Pernapasan pada Burung

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.

Berikut adalah gambar system pernapasan pada burung :
Gambar sistem pernapasan burung

Bagan pernapasan pada burung adalah sebagai berikut.
Burung mengisap udara Þ udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang Þ bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundipundi hawa Þ udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru Þ udara menuju pundipundi hawa depan.

5. Sistem Sirkulasi
System sirkulasi burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.

a) Organ Sirkulasi pada burung perkutut
Pada burung perkutut organ sirkulasinya sama dengan mamalia/manusia. Burung perkutut mempunyai jantung yang terdiri dari empat ruang,yaitu dua serambi,dan dua bilik.Sekat biliknya sempurna sehingga darah bersih dan darah kotor tidak bercampur.Sistem peredaran darah burung tertutup dan rangkap (ganda).

Berikut gambar bagian jantung pada burung

b) Sistem sirkulasi burung
Peredaran darah burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk
ke serambi kiri,kemudian ke bilik kiri.Dari bilik kiri darah di pompa ke
seluruh tubuh melalui aorta.Dise-sel tubuh darah melepaskan O2 dan
mengikat ­CO2.Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan
melalui pembuluh balik.Selanjutnya darah masuk bilik kanan,kemudian di
pompa masuk ke paru-paru.Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 dan
mengikat O2.

Berikut gambar system peredaran darah burung

Bagan sirkulasi pada burung
Paru-paru → Serambi kiri → Bilik kiri → Seluruh tubuh → Serambi kanan
→ Bilik kanan → Paru-paru

13
6. Sistem Syaraf Burung Perkutut
System syaraf burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.

System saraf burung berupa otak dan sum-sum tulang belakang pada burung.Otak besar dan otak kecil berkembang dengan baik.Permukaan otak kecil berkembang dengan baik.Permukaan otak kecil berlipat-lipat sehingga permukaannya semakin luas.Hal tersebut menyebabkan burung memiliki keseimbangan yang cukup baik.

Burung mempunyai pusat penglihatan yang sangat besar.Pusat penglihatan ini merupakan pelebaran dari otak bagin tengah yang membentuk dua gelembung.Pusat pembau berukuran kecil sehingga indera pembau tidak berkembang dengan sempurna.

Berikut gambar otak pada burung











Gambar otak pada burung


7. Sistem Reproduksi Burung Perkutut

System reproduksi burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.

a) Organ reproduksi burung
1). Organ reproduksi pada burung jantan meliputi :

- Vasdeverens : Tempat menyalurkan sperma.
- Ureter : Saluran kelamin menuju kloaka.
- Kloaka : Saluran kelamin
- Testis : Alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin.




14
Berikut gambar organ reproduksi burung jantan












Gambar organ reproduksi burung jantan


2) Organ reproduksi pada burung betina
Organ reproduksi pada burung betina meliputi :
- Ovarium : Tempat menghasilkan ovum
- Oviduk : Tempat berlangsungnya fertilisasi
- Kloaka : Tempat masuknya sperma jantan dan
mengeluarkan telur.

Berikut gambar organ reproduksi pada burung betina















Gambar organ reproduksi burung betina





15
b) System Reproduksi Burung Perkutut
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.


Berikut gambar bagian-bagian telur

Fungsi bagian-bagian telur aves :(1)Titik embrio --> bagian yang akan berkembang menjandi embrio(2)Kuning telur --> cadangan makanan embrio(3)Kalaza --> menjaga goncangan embrio(4)Putih telur --> menjaga embrio dari goncangan(5)Rongga udara --> cadangan oksigen bagi embrio


16
8. Sistem Ekskresi Burung Perkutut
Alat Ekskresi pada burung perkutut sama halnya dengan burung pemakan biji-bijian lainnya.
Alat ekskresi pada burung terdiri dari ginjal(metanefros),paru-paru,dan kulit.Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna cokelat.Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka).

Berikut gambar ginjal burung











Gambar ginjal burung

Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam.Kelebihan larutan gram akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung).Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit,tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya.Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.



9. Organon Sensoris
Burung memiliki indra penglihatan yang sangat baik.Susunan matanya sama seperti mata manusia.Retina mata burung mempunyai dua macam sel penerima cahaya yaitu sel batang dan sel kerucut.
1) Sel Batang
Sel batang peka terhadap rangsang cahaya lemah.Pada burung malam,misalnya burung hantu,retina mata mengandung banyak sel batang.Banyaknya sel batang mengakibatkan burung hantu dapat melihat dengan baikditempat gelap (malam hari).Sebaliknya,pada siang hari burung hantu tidak dapat melihat dengan baik.







17
2) Sel Kerucut
Sel kerucut bersifat peka terhadap cahaya yang kuat.Burung yang aktivitasnya pada siang hari,misalnya perkutut dan merpati,matanya memiliki banyak sel kerucut.
Lensa mata pada burung mempunyai kemampuan mencembung dan memipih (berakomodasi) dengan baik.

Indra pembau pada burung tidak berkembang.Indra pembau (hidung) burung jarang digunakan,bahkan hamper tidak pernah digunakan.

Indra pendengaran pada burung berkembang dengan baik.Terbukti burung dapat membedakan bermacam-macam kicauan.

Burung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
?Burung
Rentang fosil: Dahulu Jurassic - Sekarang
Superb Fairy-wren, Malurus cyaneus, juvenile
Superb Fairy-wren, Malurus cyaneus, juvenile
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Upafilum: Vertebrata
(tidak termasuk) Archosauria
Kelas: Aves
Linnaeus, 1758
Burung gelatik batu Eropa, Parus major

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.

Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Evolusi dan Morfologi

Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.

Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.

Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.

Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.

Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.

[sunting] Kebiasaan

Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.

Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.

Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.

Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.

[sunting] Burung dan Manusia

Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting; daging maupun telurnya.

Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, murai batu dan lain-lain. Burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu. Banyak jenis burung telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk kepentingan perdagangan tersebut.

Selain itu populasi burung juga terus menyusut karena rusaknya habitat burung akibat kegiatan manusia. Oleh sebab itu beberapa banyak jenis burung kini telah dilindungi, baik oleh peraturan internasional maupun oleh peraturan Indonesia. Beberapa suaka alam dan taman nasional juga dibangun untuk melindungi burung-burung tersebut di Indonesia.

Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam — terutama kehidupan burung — di kalangan generasi muda tersebut.

[sunting] Macam-macam burung

[sunting] Perawatan burung berkicau

Untuk membuat burung peliharaan rajin berkicau, sehat, dan bulu-bulunya mengkilat, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Pakan burung
Burung tangkaran banyak yang berasal dari alam, ataupun yang berasal dari anakan peternak. Bagi burung yang merupakan tangkapan dari alam, biasanya mereka agak liar, sehingga pola makan mereka lebih cenderung ke extra fooding (makanan-makanan hidup), bagi burung yang telah jinak biasanya mereka mau memakan poer/voer. Poer/Voer banyak yang dijual di pasaran, yang populer di Indonesia biasanya adalah merk Phoenix, Fancy, and Gold Coin. Selain itu, terdapat banyak pula merk-merk yang lain.
Pagi hari
Kandang burung dikeluarkan ke teras rumah (diangin-anginkan). Akan lebih bagus jika digantung menghadap ke matahari terbit sambil membersihkan kandang dari fesenya kemudian berikan 2-3 ekor jangkrik yang sudah dibersihkan kakinya dan sayapnya ditambah kroto telur semut yang bersih sekitar 1 sendok teh. Kemudian mandikan Burung pada pukul 07.30.
Burung dapat disemprot menggunakan sprayer halus untuk membuat bulunya mengkilat. Sprayer tersebut dapat dicampur dengan air rebusan daun sirih atau shampo burung (biasa disebut Avi Shampoo) yang dijual umum di kios. Atau masukan wadah kecil yang di isi air bersih (dijual di kios juga). Apabila burungnya sudah terlatih, burung dapat dimasukan kekandang mandinya atau biasa disebut keramba mandi.
Setelah dibersihkan kandangnya dan dimandikan, kandang dan burungnya dapat dijemur dibawah matahari dari pukul 09.30 sampai dengan pukul 10.00. Kemudian angkat kandang burung dan gantung pada tempat yang teduh serta jauh dari aktivitas manusia agar burung tersebut bernyanyi/ berkicau.
Sore Hari (sekitar pukul 16.00)
Lakukan sama seperti perawatan pagi hari. Burung diberikan makanan tambahan, dimandikan kemudian dijemur kembali sampai bulu-bulunya kering.
Malam hari
Masukan kandang burung ke tempat yang tenang atau jika digantung di luar rumah (teras), kandang harus dikerudung dengan kain agar burung tidak digigit nyamuk.

Taksonomi Vertebrata

Keanekaragaman organisme sangat besar. Jumlah spesies hewan yang telah dikenal baik oleh manusia tidak kurang dari 1 juta. Tiap spesies menunjukkan variasi yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan dunia kehidupan itu memperlihatkan keanekaragaman yang begitu besar. Untuk mempermudah mempelajarinya perlu diciptakan cara yang tepat yaitu klasifikasi. Dari klasifikasi timbullah kelompok-kelompok hewan yang secara umum disebut takson. Karena jumlah takson cukup besar, masing-masing perlu diberi nama untuk mengenal dan membedakannya dari takson yang lain. Kedudukan takson-takson itu berjenjang dan cakupannya ada yang luas, dan ada yang sempit. Dari kata takson kemudian timbul istilah taksonomi yang diartikan sebagai teori dan praktik klasifikasi. Selain taksonomi, juga dikenal istilah sistematika yang berarti kajian tentang keanekargaman organisme. Selain istilah klasifikasi juga dikenal istilah identifikasi. Perbedaannya ialah klasifikasi didasarkan atas pemikiran induktif, sementara identifikasi didasarkan atas pemikiran deduktif.

Teori Klasifikasi

Pelaksanaan kegiatan klasifikasi perlu mengacu pada teori-teori klasifikasi yang berjumlah 5 buah. Masing-masing teori dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula bergabung bersama-sama. Kegiatan klasifikasi berdasarkan atas penalaran induktif. Kelima teori itu adalah: essensialisme, nominalisme, empirisme, cladisme, dan klasifikasi evolusioner. Tujuan klasifikasi adalah untuk menciptakan suatu sistem yang dapat dipercaya dan mudah dipakai untuk mengatasi keanekaragaman organisme yang membingungkan. Sebagai teori, klasifikasi memiliki nilai penjelasan, nilai prediksi yang tinggi, memiliki nilai heuristik yang kuat, dan bersifat provisional. Klasifikasi biologis terdiri atas penyusunan organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang mirip dan berasal dari sumber yang sama. Kemiripan yang digunakan untuk pengelompokan itu disebut ciri-ciri taksonomi. Jadi ciri taksonomi adalah suatu tanda atau atribut suatu takson yang membedakannya dari takson yang lain. Ciri-ciri perbedaan antara individu dalam suatu populasi, misalnya umur, jenis kelamin, bukan ciri-ciri taksonomi. Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda, yaitu merupakan kekhususan suatu takson dan merupakan indikator hubungan kekerabatan. Secara keseluruhan, ciri-ciri taksonomi dapat dikelompokkan dan dikaji berdasarkan 5 kelompok besar: morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi dan geografi.

Prosedur Pelaksanaan Klasifikasi

Spesies dipandang sebagai unit dasar klasifikasi. Makna spesies bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai yang filosofis. Makna kata spesies adalah sesuatu yang asli. Menurut John Ray, spesies merupakan sekelompok individu yang mempunyai moyang sama, sedangkan menurut Linnaeus spesies adalah sekelompok organisme yang memperlihatkan tipe ideal. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian spesies dirumuskan dalam konsep-konsep. Kita mengenal 4 konsep spesies: konsep spesies tipologis, konsep spesies nominalistik, konsep spesies biologis, dan konsep spesies evolusioner. Selain konsep-konsep spesies, juga dikenal istilah-istilah: spesies sibling, spesies sympatric, spesies allopatric, spesies polytypus, spesies monotypus. Spesies menduduki tempat yang paling strategis di dalam hierarkhi klasifikasi. Kedudukan itu disebut kategori. Beberapa spesies yang serupa dikelompokkan ke dalam genus, dan beberapa genus yang serupa dikelompokkan dalam familia. Demikian selanjutnya sampai terbentuk kelompok yang paling besar yaitu Regnum. Dalam klasifikasi dikenal 21 kategori. Namun demikian jumlah kategori yang umum digunakan dalam klasifikasi hanya 7, bahkan 7 kategori itu dapat diringkas menjadi 3 kategori: kategori spesies, kategori subspesies dan kategori di atas spesies. Di dalam membahas spesies perlu dikenal adanya sistem tipus, yaitu suatu sistem yang digunakan dalam penentuan nama-nama takson. Tipus adalah suatu spesimen yang digunakan sebagai standar dalam penentuan nama suatu spesies hewan. Jadi tipus suatu spesies adalah suatu spesimen tertentu, tipus suatu genus adalah spesies tertentu dalam genus itu. Dalam sistem tipus itu dikenal 9 macam tipus: Holotipus, Paratipus, Allotipus, Sintipus, Neotipus, Topotipus, Metatipus, Homotipus dan Genotipus. Sistem tipus dapat digunakan secara luas, tetapi untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus itu tidak berupa suatu spesimen. Tipus suatu genus berupa suatu spesies tertentu, tipus untuk familia adalah suatu genus dari familia itu, demikian selanjutnya.

DASAR-DASAR DAN PENERAPAN

Gambaran Umum Tatanama Hewan

Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis. Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif, yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis. Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan lebih praktis. Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Zoologi dengan segala perangkatnya.

Ketentuan dalam Pemberian Nama-nama Takson

Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim. Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.

Chordata Rendah

Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain. Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda, ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh. Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga) Subphylum: Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata.

Kelas Agnatha dan Kelas Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)

Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan, terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang. Disamping kelas Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas ini mencakup 2 subkelas: Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes dan ordo Rajiforms, serta subkelas Holocephali. Ordo Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari. Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya. Subkelas Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.

Osteichthyes (Superkelas Pisces)

Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini. Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern masa sekarang adalah Actinopterygii.

Kelas Ampbhibia

Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri. Dengan demikian Amphibia dapat dibagi menjadi 4 ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata dan Anura. Apoda dan Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak. Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh yang ada di alam Indonesia.

Reptilia

Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

Kelas Aves

Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung. Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.

Kelas Mamalia

Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.
Sumber buku Taksonomi Vertebrata Karya Soesilo

Jumat, 23 Oktober 2009

APA ITU PERTANIAN ORGANIK ???

Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi ‘aku’, tetapi untuk ‘kita’: keseluruhan alam. Demikian halnya Alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara harmonis. Itulah organis, tidak egois.

Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, PO pun menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.

Perkembangan Pertanian Organik
Praktek pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia) ---baik untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama--- awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktek tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri.

Penurunan hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya tahan hama dan penyakit tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang bermanfaat bagi tanaman semakin berkurang dan mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan tanah pun nyaris hilang akibat pemakaian input agrokimia yang berlebihan. Bahkan, hama dan penyakit tanaman bukannya menurun, tapi justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Sehingga, petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.

Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan.

Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional yang membudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi pertanian organik ini mulai ditinggalkan oleh petani ketika teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan agrokimia diterapkan di bidang pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi target asupan agrokimia dan tergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi PO yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi. (Sutanto, 2002).

Apa dan Bagaimana Budidaya PO ?
PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO menggunakan semaksimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, dan tidak menggunakan asupan agrokimia (bahan kimia sintetis untuk pertanian). Lebih jauh, karena PO berusaha ‘meniru’ alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.

Kerapkali PO hanya dipahami secara teknis bertani yang menolak asupan kimiawi atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau disamakan dengan pertanian tradisional. Pemahaman ini sungguh kurang tepat. PO bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. PO memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya. Sistem nilai PO mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. PO juga mengajak petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya. PO juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam, keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal. Maka, baik kearifan tradisional dan teknologi modern yang tunduk pada prinsip alam, keduanya mendapat tempat dalam PO.

Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian.

Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.